setiap
orang kan dihadapkan pada sebuahh masalah. dalam menghadapi masalah tersebut
akan banyak sekali pillihan dalam menyelesaikannya, akan tetapi ketika masalah
tersebut seakan tidak mempunyai titik terang dalam hal penyelesaiannya akan
selalu timbul untuk pilihan terkahir yaitu bunuh diri. bunuh diri sendiri dapat
diartikan sebagai mengakhiri kehidupan seseorang atas pilihannya sendiri dengan
berbagai alasan untuk melakukan tindakan tersebut. menurut filsuf asal prancis
albert camus dalam https://kupang.tribunnews.com mengatakan absurditas sebagai kondisi yang
memungkinkan manusia untuk bunuh diri. absurditas ialah ciri paling dalam
manusia. Dunia dan manusia yang hidup di dalamnya tidak masuk akal. Dunia
berjalan terus, manusia mati. Pengalaman dasar manusia adalah penderitaan
yang banyak daripadanya disebabkan oleh manusia sendiri. Maka, salah satu cara
untuk mengakhiri absurditas tersebut ialah dengan bunuuh diri. hanya makhluk hidup manusia sajalah yang
melakukan tindakan bunuh diri, pada akhirnya akan timbul sebuah pertanyaan pada
setiap manusia apakah hidup ini layak untuk dijalani atau tidak?.
apabila merujuk pemikiran
albert camus, maka bunuuh diri adalah sebuah pilihan karena adanya absurditas
dikehidupan, ddalam artian sebanyak apapun manusia yang meninggal, dunia akan
tetap berjalan.dalam diri manusia ada sebuah hak akan tubuh dan jiwanya sendiri,
pilihan bunuuh diri pun menjaddi salah satu hak bagi setiap manusia akan tubuh
dan jiwanya seperti yang dikatan oleh Filsuf Prancis lainnya, Rousseau, juga menekankan pentingnya
hak manusia untuk menentukan dirinya sendiri, termasuk untuk melakukan bunuh
diri. Jika hidup seseorang tidak memiliki nilai baik bagi lingkungannya, maka
ia punya hak untuk melakukan bunuh diri. Nietzsche, filsuf asal Jerman, juga
menegaskan hal yang serupa, bahwa bunuh diri merupakan hak mendasar bagi setiap
orang yang menginginkannya. Apabila bunuh diri merupakan suatu hak kenapa harus
dilarang, apakah manusia mempunyai kewajiban hidup? Toh pada akhirnya manusia
akan mati pada saat ini, besok, tahun depan ataupun beberapa tahun kedepan.
Dalam hal kewajiban hidup untuk
manusia memang seakan belum ada kewajiban untuk hal tersebut, tetapi apabila
dalam hal agama atau suatu kepercayaan bukankah tuhan berkata tidak akan
mendatangkan sebuah masalah yang melebihi kemampuan seseorang dalam
menghadapinya, bukankah seseorang sekaakan tdak percaya akan tuhan dengan
melakukan bunuh diri dengan alasan berbagai masalah yang dihadapi, tuhan saja
tidak dianggap apalagi diri manusia sendiri. Kembali ke sebuah pertanyaan pada setiap manusia apakah hidup ini layak
untuk dijalani?. dalam
diri manusia akan mempunyai kebermaknaan hidup sehingga sangat layak untuk
dijalani seberat apapun hidup ini yang telah tuhan berikan kepada manusia yang
bisa saja manusia nikmati meskipun hanya bersifat sementara apabila membahas
tentang duniawi. Albert camus pun mengatakan bunuh diri bukanlah pilihan yang
terbaik dalam menghadapi absuditas ( ketidakpastian akan masa depan ) tetapi
manusia hanya perlu menjalani dunia ini berbarengan dengan ke absurditasanya
sampai dengan menemukan sebuah kebermaknaan hidup misalkan saja mencintai
seseorang untuk membuat manusia mempunyai kebermaknaan hidup meskipun hanya
untuk seseorang saja. selalu menjalani dan memikirkan masalah yang datang seseorang
akan terbisa dengan keabsurditas tersebut sehingga akan menemukan jalan
keluarnya sendiri atau akan terbiasa dengan masalah tersebut tanpa harus
melakukan bunuh diri yang akan mengakhiri segalanya dan memutuskan menikmati
kenikmatan dunia ini. Aristoteles, di dalam bukunya Nicomachean Ethics, melihat bunuh diri sebagai sebuah tindakan yang perlu
didasari oleh alasan-alasan yang kuat. Jika tidak memiliki dasar yang kuat,
maka tindak bunuh diri tidak hanya merupakan pelanggaran hak pribadi seseorang,
tetapi juga pelanggaran terhadap kehidupan bermasyarakat.. Ketika bunuh
diri seakan masalah akan selesai tetapi apakah manusia hidup hanya untuk
dirinya sendiri? Apakah manusia hidup dengan dirinya sendiri dddan tidak
melakukan suatu kontak social sama sekali? Bukankah kematian membawa sebuah
perasaan sedih untuk seseorang?. bunuh diri seseorang seakan menyelesaikan
masalah pada dirinya tetapi bagi yang telah melakukan hubungan social terjadi
sebuah pelimpahan masalah atau akan menimbulkan masalah baru bagi orang lain
yang sebenarnya masalahmu tidak lenyap hanya saja menyerah untuk menghadapinya.
Johann Gottlieb Fichte, filsuf asal jerman tersebut mengatakan bahwa
orang membutuhkan keberanian besar untuk mengakhiri hidupnya. Namun dibutuhkan
keberanian yang lebih besar lagi untuk menjalani hidup dengan segala jatuh
bangunnya. Dari kaca mata ini, pelaku bunuh diri adalah seorang pengecut.
manusia
semua pernah mengalami jatuh dan bangun dalam perjuangan hidup. Maka yang perlu
disiapkan ialah bagaimana menghadapi yang baik maupun yang buruk sehingga kita
tidak terlalu kecewa dan menjadi putus asa.
Sebuah keputusan yang diambil akan selalu
mempunyai efek pada setelahnya, seorang yang mengambil keputusan untuk diam pun
akan tetap merasakan akibatnya. Jadi sebuah permasalahan pun perlu dipikirkan
dengan nalar dan pikiran tidak hanya berdasarkan emosi pada saat tertentu
sehingga setidaknya akan mengetahui beberapa akibat dari pilihan yang telah
diambil.
*TULISAN INI HANYA PENDAPAT PRIBADI DAN MENGGABUNGKAN BEBERAPA PENDAPAT TOKOH