Selasa, 15 Desember 2020

BUNUH DIRI

            setiap orang kan dihadapkan pada sebuahh masalah. dalam menghadapi masalah tersebut akan banyak sekali pillihan dalam menyelesaikannya, akan tetapi ketika masalah tersebut seakan tidak mempunyai titik terang dalam hal penyelesaiannya akan selalu timbul untuk pilihan terkahir yaitu bunuh diri. bunuh diri sendiri dapat diartikan sebagai mengakhiri kehidupan seseorang atas pilihannya sendiri dengan berbagai alasan untuk melakukan tindakan tersebut. menurut filsuf asal prancis albert camus dalam https://kupang.tribunnews.com mengatakan absurditas sebagai kondisi yang memungkinkan manusia untuk bunuh diri. absurditas ialah ciri paling dalam manusia. Dunia dan manusia yang hidup di dalamnya tidak masuk akal. Dunia berjalan terus, manusia mati. Pengalaman dasar manusia adalah penderitaan yang banyak daripadanya disebabkan oleh manusia sendiri. Maka, salah satu cara untuk mengakhiri absurditas tersebut ialah dengan bunuuh diri. hanya makhluk hidup manusia sajalah yang melakukan tindakan bunuh diri, pada akhirnya akan timbul sebuah pertanyaan pada setiap manusia apakah hidup ini layak untuk dijalani atau tidak?.

             apabila merujuk pemikiran albert camus, maka bunuuh diri adalah sebuah pilihan karena adanya absurditas dikehidupan, ddalam artian sebanyak apapun manusia yang meninggal, dunia akan tetap berjalan.dalam diri manusia ada sebuah hak akan tubuh dan jiwanya sendiri, pilihan bunuuh diri pun menjaddi salah satu hak bagi setiap manusia akan tubuh dan jiwanya seperti yang dikatan oleh Filsuf Prancis lainnya, Rousseau, juga menekankan pentingnya hak manusia untuk menentukan dirinya sendiri, termasuk untuk melakukan bunuh diri. Jika hidup seseorang tidak memiliki nilai baik bagi lingkungannya, maka ia punya hak untuk melakukan bunuh diri. Nietzsche, filsuf asal Jerman, juga menegaskan hal yang serupa, bahwa bunuh diri merupakan hak mendasar bagi setiap orang yang menginginkannya. Apabila bunuh diri merupakan suatu hak kenapa harus dilarang, apakah manusia mempunyai kewajiban hidup? Toh pada akhirnya manusia akan mati pada saat ini, besok, tahun depan ataupun beberapa tahun kedepan.

            Dalam hal kewajiban hidup untuk manusia memang seakan belum ada kewajiban untuk hal tersebut, tetapi apabila dalam hal agama atau suatu kepercayaan bukankah tuhan berkata tidak akan mendatangkan sebuah masalah yang melebihi kemampuan seseorang dalam menghadapinya, bukankah seseorang sekaakan tdak percaya akan tuhan dengan melakukan bunuh diri dengan alasan berbagai masalah yang dihadapi, tuhan saja tidak dianggap apalagi diri manusia sendiri. Kembali ke sebuah pertanyaan pada setiap manusia apakah hidup ini layak untuk dijalani?. dalam diri manusia akan mempunyai kebermaknaan hidup sehingga sangat layak untuk dijalani seberat apapun hidup ini yang telah tuhan berikan kepada manusia yang bisa saja manusia nikmati meskipun hanya bersifat sementara apabila membahas tentang duniawi. Albert camus pun mengatakan bunuh diri bukanlah pilihan yang terbaik dalam menghadapi absuditas ( ketidakpastian akan masa depan ) tetapi manusia hanya perlu menjalani dunia ini berbarengan dengan ke absurditasanya sampai dengan menemukan sebuah kebermaknaan hidup misalkan saja mencintai seseorang untuk membuat manusia mempunyai kebermaknaan hidup meskipun hanya untuk seseorang saja. selalu menjalani dan memikirkan masalah yang datang seseorang akan terbisa dengan keabsurditas tersebut sehingga akan menemukan jalan keluarnya sendiri atau akan terbiasa dengan masalah tersebut tanpa harus melakukan bunuh diri yang akan mengakhiri segalanya dan memutuskan menikmati kenikmatan dunia ini. Aristoteles, di dalam bukunya Nicomachean Ethics, melihat bunuh diri sebagai sebuah tindakan yang perlu didasari oleh alasan-alasan yang kuat. Jika tidak memiliki dasar yang kuat, maka tindak bunuh diri tidak hanya merupakan pelanggaran hak pribadi seseorang, tetapi juga pelanggaran terhadap kehidupan bermasyarakat..  Ketika bunuh diri seakan masalah akan selesai tetapi apakah manusia hidup hanya untuk dirinya sendiri? Apakah manusia hidup dengan dirinya sendiri dddan tidak melakukan suatu kontak social sama sekali? Bukankah kematian membawa sebuah perasaan sedih untuk seseorang?. bunuh diri seseorang seakan menyelesaikan masalah pada dirinya tetapi bagi yang telah melakukan hubungan social terjadi sebuah pelimpahan masalah atau akan menimbulkan masalah baru bagi orang lain yang sebenarnya masalahmu tidak lenyap hanya saja menyerah untuk menghadapinya.  Johann Gottlieb Fichte, filsuf asal jerman tersebut mengatakan bahwa orang membutuhkan keberanian besar untuk mengakhiri hidupnya. Namun dibutuhkan keberanian yang lebih besar lagi untuk menjalani hidup dengan segala jatuh bangunnya. Dari kaca mata ini, pelaku bunuh diri adalah seorang pengecut. manusia semua pernah mengalami jatuh dan bangun dalam perjuangan hidup. Maka yang perlu disiapkan ialah bagaimana menghadapi yang baik maupun yang buruk sehingga kita tidak terlalu kecewa dan menjadi putus asa.

             Sebuah keputusan yang diambil akan selalu mempunyai efek pada setelahnya, seorang yang mengambil keputusan untuk diam pun akan tetap merasakan akibatnya. Jadi sebuah permasalahan pun perlu dipikirkan dengan nalar dan pikiran tidak hanya berdasarkan emosi pada saat tertentu sehingga setidaknya akan mengetahui beberapa akibat dari pilihan yang telah diambil.

*TULISAN INI HANYA PENDAPAT PRIBADI DAN MENGGABUNGKAN BEBERAPA PENDAPAT TOKOH

 REFERENSI:

https://kupang.tribunnews.com/2017/12/02/bunuh-diri-dalam-kajian-filsafat-moral-begini-penjelasannya?page=3

https://rumahfilsafat.com/2016/06/29/bunuh-diri-sebuah-refleksi/